Rahasia

Dia menuntunku,
untuk menceritakan sebuah rahasia,

lalu kugumam mulutku
terkunci buat seketika waktu.


Dia menuntunku lagi,
buat mewaritakan secebis perasaan sebuah hati
lalu kubungkamkan sanubari

dengan harapan ia mengerti


Dia menuntunku lagi dan lagi
demi mengungkap kisah tersembunyi
lalu kupaling ke kiri
berbicara dari gengaman naluri

"Segala rahasia di dalam telapak tangan

cuma kita enggan melayah jejari

khuatir melukakan hati


Segala rahasia di hadapan mata
malang dikabur pawana
menanti ia sirna

Lalu
masihkah ada lagi rahasia yang terpatri
jikalau hanya diketahui, tetapi enggan dimengerti

Dan mengapa harus terus mencari,

maknanya rahasia ini,
lantaran ia selalu hadir, lantas pergi?"



copy right reserved.
Kencana Si Rawi

imra(';')n -------{@

untuk kucing – kucingku yang kubuang pada 4 / 11 /2008


Aku pernah berbicara kepadamu;
Tentang diriku,
Yang acapkali diselaputi kebencian dan kecintaan,
melimpah ruah, mendalam hingga ke dasar.

Hanyasanya,
Di dunia ini,
Kepada engkaulah saja kuceritakan
Untuk menyimpan rahasia perasaan itu,
yang tidak mampu kukuburkan dengan sepantas waktu
dan kau tidak pernah memungkiri amanah itu,
dan kau terus menyimpannya hingga ke waktu.
dan kau takkan memberitahunya kepada sesiapa pun.

Juga,
Tidak pernah pula engkau menikam kalbuku dengan kata – kata,
Tidak pernah pula engkau bermanis wajah memperguna rasaku di sukma
Tidak pernah kau terlintas untuk berpaling menderhaka
Tidak pernah engkau meroboh kata yang mahu dikota
Tidak pernah engkau curiga akan perasaan yang melanda jiwa
Dan sesungguhnya engkau mengingatkan aku kepada Yang Maha Esa,
Bahawasanya dia akan mencintaiku,
lebih dari kecintaanku kepadamu.


Hari ini,
Tertumpah lagi embun putih dari dedaunan mata ini
Lalu, terdetik di hati kecil,
bahawasanya kalian tiada pernah melukai aku walau seiris
tiadalah wajar aku melemparmu jauh di sudut itu.
Maka, aku acapkali ke situ,
Tegar dan pasrah menguburkan perasaan cintaku.

Percayalah kalian berlima,
dengan sang ibu yang sungguh setia,
Bahawasanya kerana kamu berbanding manusia
Namun, masih tegar aku melempar kalian nun di sana...
Inikan pula mereka,
yang berterusan menyemai sengsara di jiwa...
Pastinya akan kulempar mereka jauh dariku,
lebih dahsyat daripada apa yang kulakukan
Terhadap kalian berlima dan sang ibu yang setia.





Kucing Bernama "Zana"


Colin aka Tine


Anak - Anak Colin





Copyright Reserved Kencana Si Rawi


p/s: macam mental jer budak ni =p ...

imra(';')n -----{@

Hikayat Sakti Pekarma Vijaya

(Pantun):

Goyah merpati terbang seraya
hembus pawana mambang dan peri
hikayat sakti pekarma vijaya
kisah sungkawa hamba nak peri

hembus pawana mambang dan peri
tersejat titar akan serokan
kisah sungkawa hamba nak peri
harap bicara izin-izinkan

(Syair):

Dengarlah tuan bicara sinda
hikayat wetan bukan warita
barat berpaksi ufuk kencana
di satu tanah bagai permata

Arakian daerah sinda berperi
bagai kayangan indah firdausi
laksana jemala tajju jauhari
mengapa akhirnya ditangisi diri?

Sajak:

Tika suria dirundung senja
kukirai tirai kamar, kuintai ke barat
melihat nostlagia
seorang pahlawan pekarma vijaya - Thariq bin Zyad
jua Andalusia - sakti sahibul hikayat

Lantas kuadaptasikan diriku ke dalam sejarah semalam
tatkal gemilang sinar Islam
dan kudengar pujian Allah
bergema di Isybillah dn Thulaitilah
berkumandang d Qurtubah

Dalam kesejukan dan kedamaian
tiba-tiba aku dicuit kehangatan
disentuh; lalu aku berpaling ke kanan
tergambar Averroes utuh teguh dalam eksplorasi mindaku
dan menyapalah daku:
"Oh, Averroes! Assalamualaikum"
tapi Averroes hanya tersenyum,
dalam kelopak kolam mata dia merenung, termenung,
namun dari bait-bait hembus nafasnya
ternyata dia kesal akan pawana sejarah
memori tiga negara, suatu bangsa
menyerang waima satu negara, tiada kukuh; tiada satu akan ia.

Lalu kupejamkan mata,
dengan harapan sempelah segala usaha
Namun, pabila ia terbuka
terlihatlah raja Castilla gapur gapura
Akhirnya hancurlah segala apa di dalam mata
Di mana masjid raya?
Persis kencana utuh atas cendrasa
Apa...ia pula menjelma sebagai Mosquita?
Ya tetapi sebagai gereja terindah di dunia
Dan apa pula Santo Tome, apa pula Santa Maria de le Sede?
La Tour de Gilarda
Dan Patrios de Narayanyos?

Dan...di mana Al-hambra?
"Bagai mahligai di dalam mimpi,
atau istana mambang dan peri,
sungguh, yang telah menjelma tatkala purnama raya,
gemerlapan berkejaran, riak air berdesiran,
dalam sukma pula bergema: Oh Alangkah indahnya!"
Namun ia tiada; bukan lagi kita yang empunya

Lalu tertangislah diri,
Ini Andalusia - Pusat Revolusi Eropah
Dunia Dominasi Seni Bina
Tetapi milik ossidental kini bermadah bangga
Dan tamadun Islam, sayang makin hilang sinar sarwanya
Kerana hanyasanya kita tidak bersatu, tiada berpadu,
Naluri bertakhta angkuh, materi adalah peneraju

Dibawalah aku ke dunia realiti, langkaha keluar dari fantasi.
Dan rupanya aku di sini,
terdengar suara syahdu, gemersik membisik
"Andalusia milik kita, kita di sana pernah menjadi
bangsa utuh berdaulat
ambil Andalusia, ambil Iberia,
dengan cara berhikmat
pastikan langkah kita cermat,
pastikan strategi kita selamat"

Hilang telah tangisan Andalusia.
Namun kita di mana?
Adakah kita masih di kelas kedua?

Duhai orang Islam,
sedarkan kini kita dari kelam
dan setiap kita timbul, haruskah kita tenggelam?

Bangkitlah Islam,
kita masih ada sejarah silam
walau hanya nostalgia 1001 malam
kita tetap abadissalam
yang akan jaya
hanya jika kita bangkit dari kelam

(Syair):

Alhamdulillah kukhatamkan peri
Harap hikayat di sanubari
janganlah Islam tersungkur lagi
Zaman Vijaya kita sudahi

Tamatlah sudah kisah di hati
kisah sejarah Islam hadari
Harapan menanti tuju hadari
bangkitlah ummah arah hakiki






copy right reserved.
Kencana Si Rawi.

imra(';')n ------{@

Hikayat Pungguk (II)


Malam
Pabila pungguk rindu menjelma lagi
menerpa masuk ke dalam jiwa
telah ia memukau sekujur diri
seraya membawa seuntai janji
buat mengisi kekosongan hati

Arakian,
sang pungguk hanya bertingkir
mengintai keluar dari jendela secebis hati ini
melihat rembulan yang sekadar mimpi.
Terang banarnya, mengasyikkan;
Menongkah sarwa zulmat alam,
menyinari kotak kecil kamar kelam.
Melimpahkan karunia-Nya
mengalun nada syahdu
bisikan buat sang perindu

Sayup-sayup
terdengar tangis pungguk tua
menanti hadirnya bulan jatuh ke riba
mengibarat diri umpama kunarpa
yang maujud tanpa daya
hidup; batu kejat tanpa rasa

Pungguk itu
menutup kejap matanya
lantas melayah jungur yang tak seberapa
tegar menabrak alam wati
ditindis tentera titar angin yang menderu
Namun,
nekad terus membatu
sehingga ia berpadu di lubuk cahaya
lautan terang tanpa batasnya

Hakikatnya
dia telah tersendam ke bumi
dari unjun ranting rapuh
Dan Hikayat Menggapai Purnama kali ini
hanyasanya
suatu mimpi indah di malam hari...






celaruan rasa untuk ekspresif
dari penghujung benua 555
Copy right reserved - KeSiRa

imra(';')n -------{@

Pungguk 1

Malam,
Lemas aku dalam keresahan
Demikian;
Detik aku menghitung
gelita dan penantian

Rindu...
Menggamit rasaku pada rembulan
kerana;
Aku juga seekor pungguk;
Enggan aku dikecawakan
dalam hikayatku
watak perindu yang dipersetan

Tunggul reput ini,
kujadikan sandaran persada anjakanku
jungur layu, kulayahkan
hati gemalai, kubatukan
gundah-gunlana, lantas kugerhanakan

Namum
tidak lama kemudiannya
nafasku disentap
layar terbangku diangkasa
rupanya tak semudah kata dan cita-cita
Aku lemas; lelah keletihan
lalu, kaburlah banar rembulan

Tegar,
tapi siapalah aku dengan dengan hanya mimpi sewaja berlian
lalu datanglah sukma membujuk hati
"Kembalilah ke bumi
apa gunanya mendamba pada yang tak pasti
kembalilah seperti azali
kembalikah ke dalam diri
jangan hidupmu bagai kerakap di atas batu
kelak kecewa, tangismu berlagu sendu"

Aku mendongak ke angkasa
mengharap bulan jatuh ke riba
benar,
kata sukma telah kuturutkan
dan rembulan...
kini hanya tatapan




copy right reserved.
KeSiRa - 2004

imra(';')n ------{@

Perjanjian Siang dan Malam


Kaupernah membuatkan ku berjanji
untuk setia pada ketetapan siang
untuk patuh pada ketentu malam
lalu, ku sendiri mengikat diriku
dengan rapat dan ketat
pada Perjanjian Malam dan Siang.

Tidak pernah pula,
kaunyatakan kepadaku tentang subuh dan senja,
maka kuyakini bahwa subuh dan senja itu adalah suatu
yang telah engkau leraikan dengan tanganmu sendiri
memerdekakan ku untuk seketika.

Biarlah,
Kuceritakan kepadamu tentang senja.
tatkala dunia siang makin renta
yang kusaksikan bersama sang suria,
tajalli mega yang kian berdarah menggumpal rasa,
lalu langlang dunia pulang ke sarangnya,
membuat damai membunga di sukma.

Biarlah juga,
kuceritakan kepadamu tentang dinihari
saat jalur murni abiadz menghapus malam sepi
yang kusaksikan sang purnama yang hampir pergi,
meninggalkan bintang di alam wati
meninggalkan aku bersendiri kini
membuat rasa menggamit jiwa bersalah.

Hari ini,
saat kusedar kau mula melepaskan tali itu satu persatu,
aku menjadi tahu,
bahawasanya kamu,
tanpa Perjanjian Siang dan Malam itu
tiada lebihnya engkau daripada mereka,
penghuni subuh dan senja...



copy right reserved
Kencana Si Rawi

imra(';')n ------{@



Yesterday, I visited the grave
with a bunch of flowers
under the star,
under the evening sky,
There; long I stood
until I realized,
the sun were immersed in darkness,
sign for me to leave the grave and the flowers.

In the hurry,
Then I started my journey
and hopefully,
I shall arrive at my destination as in destiny,
throughout the night,
throughout whatever obstacles it would be.

Today,
I have left the graves and the flowers,
far behind me
And I realized,
that whoever I am,
whatever I'll be,
whenever the time is
I'll visit the grave again,
surely with deep feeling.

And hence,
soon in the future,
when I visit the grave again and again
with a bunch of flowers,
again under the star,
and again under the evening sky
(I ask my self)
should I grief,
or should I relieved,
cause what's lies beneath the graves
Is only my ambiguous ambition and memory,
Not my best destiny...





Copy right reserved
Kencana Si Rawi

imra(';')n -----{@

Semalam, Ke Pusara Itu

Semalam, aku ke pusara itu,
dengan sejambak bunga di tanganku,
dipayungi bintang
dipayungi langit petang...
Di sana; Lama aku berdiri
sehingga aku menyedari
mentari telah pun tenggelam di dalam gelita
petanda untukku, meninggalkan bunga bersama pusara.

Pantas,
Lantas aku mulakan kembaraku
dengan harapan
Aku akan tiba di destinasiku sebagaimana yang ditetapkan
melewati malam
melewati segala rintangan.

Hari ini,
Telah pun aku meninggalkan pusara dan bunga itu,
jauh dibelakangku
dan aku menyedari
bahawasanya sesiapa jua aku selepas ini,
dan apa jua yang akan terjadi kepada diri
dan tidak kira apa pun masanya nanti
Akan ku kembali ke pusara ini,
tentunya
dengan perasaan yang dalam sekali.

Dan seterusnya,
suatu ketika di kemudian hari
tatkala aku kembali ke pusara itu lagi dan lagi,
sekali lagi dipayungi bintang,
dan sekali lagi dinaungi langit petang,
(aku bertanya kepasa diri)
Apakah harus aku bersungkawa?
atau apakah harus aku bersyukur gembira?

Kerana apa yang terkubur di dalam pusara tadi,
hanyalah cita-cita ambiguiti dan memori
bukanlah takdir terbaik untuk diri.





Copy right reserved
Kencana Si Rawi

Tika Aku...

Tika aku merintih sepi
Gemersik membisik rembulan pada mentari
apakalai terang siang bertukar malam sunyi
"haruskah dia melayah jungur lalu tersungkur sendiri?"

Berbicara mentari:
"Bukankah sepi lahir dari hati?
bersemi di sanubari.
Ia hanyalah rasa;
yang hadir untuk menguntum di dalam jiwa.
Kosong...dan Pasrah;
prasangka"

Pula bertanya siang pada malam sunyi,
"detik dinginnya sepi diperinci hati
maujudkah celah untuk tawa bertandang secebis?"

Kata sunyi:
"Bukankan sepi juga ibarat langlang dunia,
yang bertenggek hanya di bingkai jendela kaca.
Tika tawa datang, tandangnya melayang pergi.
Menjadi secarik sejarah ulangan di dalam diri...
Cuma berlalukah tawa?
Memberi ruang hadir-
untuk aku mengisi?"

(Melihatkan sedemikian)
bertanya aku pada diri,
bertanya diri pada jiwa.
"Sepi...Apa sebenarnya?

Mencelah,
lalu atma dan nafas berceritera
"Duhai manusia,
bukankan kau percaya pada Dia yang abadi?
Maka tidakkah kau percaya pada kalam-Nya yang hakiki?"

maka percayalah jua titahnya
Bahawasanya: 'Adakah kamu menyangka,
setelah kamU beriman, kamu ditinggal sendiri?'

Duhai musafir di dunia nyata,
dikau berkelana di sebalik maya.
Tiada pintu buat sepi menjenguk,
Kerana kau ada Ilahi, engkau berdiri di dalam diri
Ada ketika, tertusuk onar dan duri
menguja rapuhnya jalanmu ini;
Jadi,
bukankan sepimu itu hanya naluri?"

"Dikau mengertang kesunyian.
Aneh;
Ironisnya, kau tak pernah sepi.
Kerana sepi itu hanyalah bersendiri
Lebih buruk daripada berkalang tanah; mati
Sepi itu hanya mimpi."




teringat ibu di hospital,
ditinggal rakan; 5/1/2005


copy right reserved.
Kencana Si Rawi

imra(';')n -------{@



Secara peribadi, sajak ni merupakan sajak keempat tebaik yang pernah aku karang [mengikut pandangan aku] dan juga satu-satunya sajak Top 5 aku yang boleh dipaparkan secara umum.

Puisi ini ditulis pada hari pertama persekolahan Tingkatan 5 iaitu 5/1/2005. Sehari sebelum itu, iaitu tanggal 4/1/2005, saya kembali ke ASiS. Selepas emak menghantar aku menaiki bas, emak melanjutkan perjalanan ke hospital untuk suatu pembedahan. Sesampainya di KL, aku menjalankan aktiviti seperti biasa. Tatkala waktu makan malam 5/1/2005, tiba-tiba saja perasaan teringat kepada emak menyerkap benakku. Aku menolak ajakan Shahril untuk makan di dewan makan, sebaliknya, aku tetap duduk di dalam kelas. Sementara menanti maghrib, aku menuliskan puisi ini.

Watak-watak puisi ini iaitu Mentari, Bulan, Siang, Malam, Atma, Jiwa, Nafas, Sunyi, Tawa cuba dihidupkan, kerana "watak-watak" inilah yang menjadi latar penulisan sajak ini - Maghrib dan berseorangan.

Falsafah puisi ini agak ringkas. Sebelum penulisan puisi ini, aku menyakini bahawasanya "sunyi, sepi, dan sendiri" (selepas ini akan ditulis sebagai kondisi 3S) merupakan kondisi yang berlawanan dengan hingar, gembira dll. Namun setelah melihat alam sekeliling, ternyata Kondisi 3S bukanlah sesuatu yang berlawanan dengan, melainkan absensi perasaan gembira dan hingar tersebut. Lumrahnya, hingar boleh menghilangkan kondisi 3S, tetapi kondisi 3S tidak pernah sama sekali menyebabkan hingar dan ketawa sirna sekelip mata.

Setelah merenung diri sendiri aku berfikir bahawasanya "hingar dan ketawa" merupakaan perasaan bisa direksa. Ironisnya, secara spiritual dan fizikal, sentiasa ada sesuatu yang menemani kita, maka seharusnya tidak perlu untuk kita merasa sunyi.

Maka sebenarnya sunyi itu adalah mainan minda sahaja. Akulah harus mengawalnya. Dan aku amat memegang itu sehingga sekarang. Aku tidak akan merasa bersendiri lagi...

Bulan Februari - Bulan Puisi!!!

Sekarang, kita telah masuk bulan Februari...
Terdapat beberapa hal perubahan yang diadakan dalam blog Imran.


  1. Blog "Puisi dan Persepsi Peribadi...[';']" akan ditutup nanti...maka peralihan sajak-sajak Imran daripada blog tersebut ke blog "Indonesidaku (Indonesia dan Aku)" akan dilaksanakan dalam jangka waktu terdekat.
  2. Sehubungan dengan itu, bulan Februari akan diangkat menjadi "bulan Puisi" blog Indonesidaku (Indonesia dan Aku)...

selamat menikmati untaian kata-kata indah dalam blog Indonesidaku (Indonesia dan Aku) ni di bulan Februari...


=)

Newer Posts Older Posts Home