Hikayat Pungguk (II)


Malam
Pabila pungguk rindu menjelma lagi
menerpa masuk ke dalam jiwa
telah ia memukau sekujur diri
seraya membawa seuntai janji
buat mengisi kekosongan hati

Arakian,
sang pungguk hanya bertingkir
mengintai keluar dari jendela secebis hati ini
melihat rembulan yang sekadar mimpi.
Terang banarnya, mengasyikkan;
Menongkah sarwa zulmat alam,
menyinari kotak kecil kamar kelam.
Melimpahkan karunia-Nya
mengalun nada syahdu
bisikan buat sang perindu

Sayup-sayup
terdengar tangis pungguk tua
menanti hadirnya bulan jatuh ke riba
mengibarat diri umpama kunarpa
yang maujud tanpa daya
hidup; batu kejat tanpa rasa

Pungguk itu
menutup kejap matanya
lantas melayah jungur yang tak seberapa
tegar menabrak alam wati
ditindis tentera titar angin yang menderu
Namun,
nekad terus membatu
sehingga ia berpadu di lubuk cahaya
lautan terang tanpa batasnya

Hakikatnya
dia telah tersendam ke bumi
dari unjun ranting rapuh
Dan Hikayat Menggapai Purnama kali ini
hanyasanya
suatu mimpi indah di malam hari...






celaruan rasa untuk ekspresif
dari penghujung benua 555
Copy right reserved - KeSiRa

imra(';')n -------{@

0 comments:

Newer Post Older Post Home